Selasa, 10 September 2013

Ketika segumpal daging itu mulai bicara..

Bismillah..
Ketika segumpal daging itu mulai bicara, siapa yang menyangka, tidak ada, bahkan si empunya pun tidak sanggup memprediksi. Jangan dikira dia tertarik dengan sosok yang berparas indah atau yang bergelimang kemewahan duniawi. Tidak, bukan itu. Segumpal daging itu mulai bicara, mulai berdetak dengan intensitas yang lebih cepat dari biasanya, ia mulai mengadu pada Rabbnya. Ya, dia yang dengan pembawaan sederhana tapi memiliki prinsip, dia yang senantiasa memegang teguh prinsipnya bagaimanapun keadaan sekitar. Tapi tunggu dulu, ada rasa khawatir padanya ketika perasaan itu mulai datang. Bagaimana jika perasaan ini hanya akan berujung pada kekecewaan. Seketika teringat pada kalimat ini "Kekecewaan itu hanya akan ada ketika kita berharap pada makhluk". Ya, benar sekali. Ketika perasaan itu datang, segumpal daging itu hanya bisa mengadu pada dzat yang maha tahu, pada Dia yang tidak pernah tidur, pada Dia pembuat skenario terbaik di jagad raya ini. Dia tidak berharap bahwa sosok itu adalah pasangan tulang rusuknya yang hilang karena yang pasti pasangan tulang rusuk itu tidak akan tertukar. Tidak perlu khawatir, bukankah Sang Khaliq telah menjamin bahwa laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik pula dan begitu juga sebaliknya. 
Ketika segumpal daging itu mulai bicara, yang bisa dia panjatkan hanyalah Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wa yakunaa shahiiban lii fiddini waddunya wal akhirah, Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbii 'alaa diinik