Kuucapkan
kepadamu selamat dengan dilangsungkannya pernikahanmu. Dengan cara itu setengah
bagian dari agama mu terjaga, begitu kata Nabi.
Dan pada saat itu
kamu terhubung dengan suamimu dengan sebuah hubungan yang bahkan di mata Allah
SWT, Tuhan kita, lebih kuat daripada hubungan mu dengan saudara mu dan kedua
orang tua mu. Kau terhubung dengannya tidak hanya sekedar terkait. Engkau
menjadi bagian dari suami mu dan dia pun begitu. Hubunganmu adalah sebuah hubungan
yang menjadikanmu dan dia tidak ada lagi kau dan aku.. yang ada hanyalah kita. Tak
ada lagi dia dan saya yang ada adalah kami berdua.
Komitmen akad
nikah ini adalah sebuah keabsahan menjadikan laki-laki tersebut suami mu dan
kau menjadi istrinya.
Tak boleh lagi
kau ke luar dari rumah sejengkal saja tanpa seizinnya. Bahkan puasa sunnah yang
semula dianjurkan untuk mu menjadi haram bagi mu tanpa kehendaknya.
Berat? Ya memang
begitu tapi bersenjata lah dengan cinta.
Sebab seperti
yang kau tau, hanya cinta yang mampu meringankan hal terberat yang pernah ada. Hanya
cinta yang bisa membuat seseorang berkorban bahkan dengan nyawa. Hanya cinta
yang dalam sejarah umat manusia kekuatannya lebih hebat dari pada senjata
tercanggih apapun yang pernah ada.
Bersenjatalah dengan
cinta. Cintailah suamimu bukan karena wajahnya, bukan karena fisiknya, bukan
karena tatap matanya, bukan karena isi dompetnya. Cintailah ia dengan tulus.
Cintailah ia tanpa syarat karena ternyata cinta itu ada dua.
Ada cinta asmara
yang berbunga-bunga dan kata-kata indah. Cinta yang ini meskipun tampak
memesona di awal, dia akan segera hambar bersama berjalannya bulan apalagi
tahun pernikahan. Dan cinta yang ini bukan senjata. Cinta yang ini akan berubah
menjadi bom waktu yang kelak akan meledak tatkala kekecewaan melandamu.
Disana ada cinta
yang berbeda. Cinta yang tulus. Cinta yang sejati. Cinta tanpa jika. Cinta tanpa
karena. Sebuah cinta yang membuatmu berucap kepadanya sepenuh hati dan jiwa “Apapun
yang kau lakukan pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu”.
Tidak ukhti,
jangan takut engkau akan dimanfaatkan untuk itu. Sebab ketika dia menerima
cinta semacam itu darimu, dia menerima hadiah yang paling berharga. Jika engkau
buktikan kesungguhan ucapanmu itu dengan lakumu, dia akan menyambutmu ke depan
bukan mundur untuk menggapai cintamu.
Maka ukhti,
cintailah dia karena dia adalah suamimu. Itu sudah cukup sebagai segala karena
dan jika.
Cintai dia karena
dia adalah orang yang telah dipilih Allah untuk bersamanya melayari bahtera
rumah tangga, menata langkah bersama, berbagi dalam suka dan duka, merajut tawa
dan tangis bersama. Cintai dia dengan cinta yang ini. Cintailah suamimu. Cintai
wajahnya kala sedang rapi atau bangun tidur. Cintai senyumnya juga cemberutnya.
Cintai kata-kata manis dan omelannya. Cintai segala kelebihan dan
kekurangannya. Cintai dia apa adanya.
Saudariku sekalian,
pernikahan ini membuatmu mengetahui segala aib dan kekurangan suamimu. Tak mengapa,
karena ia pun akan mengetahui segala aibmu juga. Bukankah tak ada manusia yang
sempurna? Dan kamu dan dia juga kita semua adalah bukti yang paling nyata. Masalahnya
tinggal merubah fokusmu, mau konsentrasi kepada kekurangannya itu saja ataukah lebih
memperhatikan kelebihan-kelebihan yang tentunya lebih banyak yang dia punya.
Maka nanti
setelah bulan madumu berlalu dan hitungan bulan bahkan tahun berlalu.. sebab
kalau masih pengantin baru, semuanya serasa semanis madu kata orang. Nanti ketika
sudah berlalu bertahun-tahun dari masa mu menikah, setiap kali engkau kecewa
atas sesuatu yang ada pada dirinya cobalah berkaca dan dengan bijak mengakui
bahwa seperti dia yang telah membuatmu kecewa barangkali engkau pun seringkali
membuatnya kecewa. Seperti dia dengan kekurangan-kekurangan yang ada, kau pun
bukan manusia yang sempurna maka cintailah ia lengkap dengan segala
kekurangannya
========================================================
Tulisan tersebut sebenarnya ada di buku "Muhasabah Cinta" karangan beliau. Tapi beberapa hari lalu saya dengar dari Youtube. Lebih mengena karena beliau langsung yang bawakan. Sengaja di post disini biar tersimpan dan ingat. Hehe. Dan sebenarnya juga sebagai obat kangen dengan beliau. Jadi sebenarnya hari ini beliau ada jadwal majelis di Surabaya. Tau info itu dari Mbak Aisyah, kakak tingkat waktu SMA dan kuliah waktu share posternya di wa. Niatnya pengen hadir sama Mbak Aisyah. Eh ternyata Mbak nya gak bisa karena lagi di luar kota haha.. Semoga Allah kasih kesempatan lebih banyak untuk hadir di majelis beliau lagi. Kangen ingin mengambil ilmu dari beliau, duduk langsung bersama beliau, melihat langsung beliau karena kita hanya bisa puas memandang wajah beliau ketika kita hadir di majelis beliau. Semoga Allah jaga Ustadzah selalu...