Minggu, 21 Oktober 2018

Nasihat Untuk Para Istri by Ustzh. Halimah Alaydrus


Kuucapkan kepadamu selamat dengan dilangsungkannya pernikahanmu. Dengan cara itu setengah bagian dari agama mu terjaga, begitu kata Nabi.
Dan pada saat itu kamu terhubung dengan suamimu dengan sebuah hubungan yang bahkan di mata Allah SWT, Tuhan kita, lebih kuat daripada hubungan mu dengan saudara mu dan kedua orang tua mu. Kau terhubung dengannya tidak hanya sekedar terkait. Engkau menjadi bagian dari suami mu dan dia pun begitu. Hubunganmu adalah sebuah hubungan yang menjadikanmu dan dia tidak ada lagi kau dan aku.. yang ada hanyalah kita. Tak ada lagi dia dan saya yang ada adalah kami berdua.
Komitmen akad nikah ini adalah sebuah keabsahan menjadikan laki-laki tersebut suami mu dan kau menjadi istrinya.
Tak boleh lagi kau ke luar dari rumah sejengkal saja tanpa seizinnya. Bahkan puasa sunnah yang semula dianjurkan untuk mu menjadi haram bagi mu tanpa kehendaknya.
Berat? Ya memang begitu tapi bersenjata lah dengan cinta.
Sebab seperti yang kau tau, hanya cinta yang mampu meringankan hal terberat yang pernah ada. Hanya cinta yang bisa membuat seseorang berkorban bahkan dengan nyawa. Hanya cinta yang dalam sejarah umat manusia kekuatannya lebih hebat dari pada senjata tercanggih apapun yang pernah ada.
Bersenjatalah dengan cinta. Cintailah suamimu bukan karena wajahnya, bukan karena fisiknya, bukan karena tatap matanya, bukan karena isi dompetnya. Cintailah ia dengan tulus. Cintailah ia tanpa syarat karena ternyata cinta itu ada dua.
Ada cinta asmara yang berbunga-bunga dan kata-kata indah. Cinta yang ini meskipun tampak memesona di awal, dia akan segera hambar bersama berjalannya bulan apalagi tahun pernikahan. Dan cinta yang ini bukan senjata. Cinta yang ini akan berubah menjadi bom waktu yang kelak akan meledak tatkala kekecewaan melandamu.
Disana ada cinta yang berbeda. Cinta yang tulus. Cinta yang sejati. Cinta tanpa jika. Cinta tanpa karena. Sebuah cinta yang membuatmu berucap kepadanya sepenuh hati dan jiwa “Apapun yang kau lakukan pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu”.
Tidak ukhti, jangan takut engkau akan dimanfaatkan untuk itu. Sebab ketika dia menerima cinta semacam itu darimu, dia menerima hadiah yang paling berharga. Jika engkau buktikan kesungguhan ucapanmu itu dengan lakumu, dia akan menyambutmu ke depan bukan mundur untuk menggapai cintamu.
Maka ukhti, cintailah dia karena dia adalah suamimu. Itu sudah cukup sebagai segala karena dan jika.
Cintai dia karena dia adalah orang yang telah dipilih Allah untuk bersamanya melayari bahtera rumah tangga, menata langkah bersama, berbagi dalam suka dan duka, merajut tawa dan tangis bersama. Cintai dia dengan cinta yang ini. Cintailah suamimu. Cintai wajahnya kala sedang rapi atau bangun tidur. Cintai senyumnya juga cemberutnya. Cintai kata-kata manis dan omelannya. Cintai segala kelebihan dan kekurangannya. Cintai dia apa adanya.
Saudariku sekalian, pernikahan ini membuatmu mengetahui segala aib dan kekurangan suamimu. Tak mengapa, karena ia pun akan mengetahui segala aibmu juga. Bukankah tak ada manusia yang sempurna? Dan kamu dan dia juga kita semua adalah bukti yang paling nyata. Masalahnya tinggal merubah fokusmu, mau konsentrasi kepada  kekurangannya itu saja ataukah lebih memperhatikan kelebihan-kelebihan yang tentunya lebih banyak yang dia punya.
Maka nanti setelah bulan madumu berlalu dan hitungan bulan bahkan tahun berlalu.. sebab kalau masih pengantin baru, semuanya serasa semanis madu kata orang. Nanti ketika sudah berlalu bertahun-tahun dari masa mu menikah, setiap kali engkau kecewa atas sesuatu yang ada pada dirinya cobalah berkaca dan dengan bijak mengakui bahwa seperti dia yang telah membuatmu kecewa barangkali engkau pun seringkali membuatnya kecewa. Seperti dia dengan kekurangan-kekurangan yang ada, kau pun bukan manusia yang sempurna maka cintailah ia lengkap dengan segala kekurangannya

========================================================
Tulisan tersebut sebenarnya ada di buku "Muhasabah Cinta" karangan beliau. Tapi beberapa hari lalu saya dengar dari Youtube. Lebih mengena karena beliau langsung yang bawakan. Sengaja di post disini biar tersimpan dan ingat. Hehe. Dan sebenarnya juga sebagai obat kangen dengan beliau. Jadi sebenarnya hari ini beliau ada jadwal majelis di Surabaya. Tau info itu dari Mbak Aisyah, kakak tingkat waktu SMA dan kuliah waktu share posternya di wa. Niatnya pengen hadir sama Mbak Aisyah. Eh ternyata Mbak nya gak bisa karena lagi di luar kota haha.. Semoga Allah kasih kesempatan lebih banyak untuk hadir di majelis beliau lagi. Kangen ingin mengambil ilmu dari beliau, duduk langsung bersama beliau, melihat langsung beliau karena kita hanya bisa puas memandang wajah beliau ketika kita hadir di majelis beliau. Semoga Allah jaga Ustadzah selalu...