Kamis, 24 September 2015

Eid Mubarak

Awalnya..
Suara itu perlahan membisik
Nada itu tenang merasuki degup jantung
Lafal itu kuikuti dengan senang

Namun..
Mengapa bisikan itu semakin kuat terdengar
Degup jantung pun semakin kencang
Begitu juga lafal itu, hingga tak mampu kuikuti

Badanku gemetar, merinding, serasa tubuh ini melayang
Tak mampu menahan air mata yang mulai mengalir
Tak mampu menahan air mata yang seakan tak mau berhenti

Allahu Akbar.. Allahu Akbar..
Inikah rinduku Ya Rab,,
Inikah rinduku yang tak terbendung
Inikah rinduku pada sang pemilik jiwa ini

Allahu Akbar.. Allahu Akbar..
Laa ilaaha illallah Allahu Akbar
Allahu Akbar wa Lillaa hil hamd..


-CW-
Dalam semarak "Malam Ta'aruf & Gema Takbir Akbar Remaja Masjid Jami' Gresik"
09 Dzulhijjah 1436 H/23 September 2015 M







Minggu, 20 September 2015

.HEART.

     Bukan berarti apa yang tak terucap tidak bisa dirasakan. Tidak berkomunikasi secara langsung bukan berarti tak ingin. Jika kamu bertanya mengapa kita berbeda? Adakah yang salah dengan kita?Mengapa kita tidak bisa seperti yang lain? Maka jawabannya, IYA. Sebab kamu tak sama dengan yang lain karena akhirnya aku sampai pada kesimpulan bahwa dirimu berbeda, tak sama, hanya sungguh terlalu baik. Mengapa begitu mudahnya kamu masuk padahal sebisa mungkin sudah dikunci rapat-rapat. Maka untuk saat ini biarkan saja seperti ini sampai kita benar-benar yakin dengan apa yang ada dalam hati masing-masing. Jika Dia berkenan, semoga kelak dia akan memberikan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang selama ini dipendam dan jika demikian semoga kelak Dia juga yang akan menuntun kita untuk menyatukan perbedaan yang ada. Uhibbuka misla maa anta. You're amazing just the way you are. Semoga Dia selalu menjaga hati ini, hatimu, hati kita. Aamiin..

Selasa, 08 September 2015

Tanda Tanya

"Meskipun tujuannya sama tetapi jika jalan yang ingin ditempuh berbeda. Mungkinkah ada dalam bahtera yang sama?"

Senin, 07 September 2015

“Sebab setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri"


(Sumber : google.com)

       “Sebab setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri”. Entah benar atau tidak tapi saya percaya hal itu. Terkadang saat kita merasakan sesuatu, senang, gembira, sedih, ataupun kecewa  ada hasrat untuk mengungkapkannya. Ada orang yang ketika sedih lantas meluapkannya di jejaring sosial. Kalau menurut Mas Rifa’i Rif’an dalam bukunya yang berjudul “Ya Allah, Dia Bukan Jodohku”,  hal tersebut kurang tepat. Mungkin sebagian orang merasa lega setelah membagi kesedihannya itu kepada banyak kawan di media sosialnya. Namun yang perlu disadari, ketika menuliskan masalah di jejaring sosial, kita harus mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkannya. Hal tersebut membuat saya berpikir ribuan kali untuk berbagi perasaan di media sosial. Apalagi jika termasuk dalam hal yang bersifat privasi. Nah, menulis bisa jadi solusi untuk meluapkan perasaan kita. Buku diary sebenarnya bisa jadi tempat yang paling cocok untuk mengungkapkan apa yang ada dalam jiwa kita. But for me, buku diary sudah tergantikan dengan blog ini. Saya tak berharap tulisan ini akan dibaca oleh banyak orang karena sejatinya melalui tulisan ini, saya berbicara dengan diri saya sendiri. Menulis merupakan salah satu solusi ketika kita tak mampu mengeluarkan perasaan secara lisan. Karena tekanan yang ada dalam hati perlu tersalurkan maka tulisan adalah medianya. Suatu saat nanti, ketika kita membaca tulisan itu, kita akan tersenyum, hati merasa tergelitik, menertawakan perasaan kita saat itu. Yap, menulis, mengenang memori yang pernah ada. Namun disadari atau tidak, bagaimanapun kita berusaha untuk menyimpan tulisan, tidak mempublishnya untuk umum, pada akhirnya dia akan menemukan pembacanya sendiri. Begitupun dengan tulisan saya, tak perlu memaksa seseorang untuk untuk membaca rentetan curahan hati ini..