Senin, 07 September 2015

“Sebab setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri"


(Sumber : google.com)

       “Sebab setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri”. Entah benar atau tidak tapi saya percaya hal itu. Terkadang saat kita merasakan sesuatu, senang, gembira, sedih, ataupun kecewa  ada hasrat untuk mengungkapkannya. Ada orang yang ketika sedih lantas meluapkannya di jejaring sosial. Kalau menurut Mas Rifa’i Rif’an dalam bukunya yang berjudul “Ya Allah, Dia Bukan Jodohku”,  hal tersebut kurang tepat. Mungkin sebagian orang merasa lega setelah membagi kesedihannya itu kepada banyak kawan di media sosialnya. Namun yang perlu disadari, ketika menuliskan masalah di jejaring sosial, kita harus mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkannya. Hal tersebut membuat saya berpikir ribuan kali untuk berbagi perasaan di media sosial. Apalagi jika termasuk dalam hal yang bersifat privasi. Nah, menulis bisa jadi solusi untuk meluapkan perasaan kita. Buku diary sebenarnya bisa jadi tempat yang paling cocok untuk mengungkapkan apa yang ada dalam jiwa kita. But for me, buku diary sudah tergantikan dengan blog ini. Saya tak berharap tulisan ini akan dibaca oleh banyak orang karena sejatinya melalui tulisan ini, saya berbicara dengan diri saya sendiri. Menulis merupakan salah satu solusi ketika kita tak mampu mengeluarkan perasaan secara lisan. Karena tekanan yang ada dalam hati perlu tersalurkan maka tulisan adalah medianya. Suatu saat nanti, ketika kita membaca tulisan itu, kita akan tersenyum, hati merasa tergelitik, menertawakan perasaan kita saat itu. Yap, menulis, mengenang memori yang pernah ada. Namun disadari atau tidak, bagaimanapun kita berusaha untuk menyimpan tulisan, tidak mempublishnya untuk umum, pada akhirnya dia akan menemukan pembacanya sendiri. Begitupun dengan tulisan saya, tak perlu memaksa seseorang untuk untuk membaca rentetan curahan hati ini..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar