Jumat, 25 Desember 2015

“Indahnya Islam Kita”

Assalamu’alaikum

      Sebenarnya sudah lama ingin mengeluarkan unek-unek saya tentang ini. Tapi baru ada kesempatan sekarang. Hehe. Well, kali ini bukan tentang kegalauan about love dan sejenisnya. Tapi tentang fenomena yang sering muncul dalam internal umat Islam sendiri akhir-akhir ini. Ya, Mengapa saya bilang akhir-akhir ini? Karena terus terang dahulu masalah ini sama sekali tak terlalu terpikirkan namun sekarang terlalu sering menarik perhatian saya. Entah karena dulu memang nggak sebooming saat ini atau memang sudah ada cuma saya belum mengatahuinya saja. Entahlah..
Hmmm, dua kata yang saya rasakan saat ini. Sedih sekali. Yap, sedih sekali saat melihat banyaknya orang Islam yang begitu mudahnya membid’ahkan amaliah golongan yang lain. Begitu mudahnya mereka menyesatkan golongan yang lain. Allah, andaikan saya bisa berbuat banyak tapi apa daya. Sebagai manusia biasa yang sangat fakir ilmu dan masih dalam proses tholabul ilmi, mau tidak mau saya harus belajar lagi tentang ini. Karena sebagian besar amaliah yang dibilang bid’ah itu juga saya lakukan. Kadang juga ada sedikit rasa sakit hati sih. Hehe. Tapi sudahlah, sakit hati itu bukan point of interestnya ya. Kalau kata Buya Yahya, ketika ada orang yang membid’ahkan, yang kita lakukan adalah koreksi diri karena bisa saja apa yang dikatakan orang tersebut benar. Akan tetapi yang harus dikoreksi diri adalah di saat kita ingin membid’ahkan orang lain. Karena di saat kita membid’ahkan orang lain artinya kita merasa lebih benar dari orang lain. Jika kita sudah mengoreksi diri saat kita dibid’ahkan dan ternyata kita yang salah, kita harus segera insyaf. Sedangkan jika kita dalam kondisi benar berdasarkan dalil dan hujjahnya menurut para ulama maka penilaian baru kita arahkan kepada orang yang membid’ahkan. Sudahkan dia bertanya kepada yang dibid’ahkan (tentunya kepada ulama orang yang dibid’ahkan)? Jika belum berarti orang yang membid’ahkan itu adalah ahli fitnah sekaligus ahli bid’ah. Ada banyak amalan yang dilakukan kaum muslimin di Indonesia oleh sekelompok kecil umat Islam dikatakan bid’ah namun mereka yang membid’ahkan tidak pernah bertanya langsung kepada yang bersangkutan., itulah ahli fitnah pemecah belah umat.
      Oh iya, ada yang tahu Buya Hamka? Atau KH. Idham Cholid? Atau setidaknya pernah mendengar namanya? Sungguh, ada pelajaran luar biasa yang bisa kita jadikan pelajaran dari dua tokoh ulama tersebut. Kisah yang terjadi antara pemimpin Nahdlatul Ulama, KH. Idam Cholid, dan pemimpin Muhammadiyah, Buya Hamka, yang sedang melakukan Sholat Shubuh berjamaah di kapal laut ketika perjalanan menuju tanah suci. Saat itu pengikut Nahdlatul Ulama heran ketika KH. Idam Cholid yang biasanya membaca doa qunut namun kali ini tidak membacanya. Ternyata saat itu ada Buya Hamka dalam barisan makmumnya. Begitu juga sebaliknya, tatkala Buya Hamka mengimami Sholat Shubuh, para pengikut Muhammadiyah merasa heran katika Buya Hamka membaca doa qunut. Ternyata hal tersebut dikarenakan ada KH. Idam Cholid dan sebagian pengikut NU yang menjadi makmumnya. Iya, keduanya merupakan pemimpin yang begitu dalam dan luas keilmuan dan wawasannya. Meskipun terdapat perbedaan namun tetap bersatu atas dasar persaudaraan. Mereka lebih mengedepankan ukhuwah Islamiyah daripada masalah khilafiyah yang tidak akan pernah ada ujungnya. Keduanya tidak mengenal istilah saling mencela, mengejek, atau saling menuduh sesama muslim yang berbeda pandangan yang justru akan menimbulkan suatu fitnah. Betapa indahnya jika kita semua bisa seperti itu. Namun sayangnya, saat ini begitu banyak orang yang mengaku sebagai pengikut mereka justru belum bisa mencontoh sifat kebesaran jiwa para pemimpinnya. Ini fakta yang memang terjadi. Semoga kita semua bisa meneladani sifat kebesaran jiwa beliau berdua ini. Berfikiran jernih dan dewasa, elegan dan bijak dalam menghadapi khilafiyah fiqhiyah. Semoga Allah senantiasa menunutun kita agar berada di jalan yang lurus.


“Jikalau seseorang bertambah ilmunya dan luas cakrawala pemikiran serta sudut pandangnya, maka ia akan sedikit menyalahkan orang lain” -Al Imam Asy Syaikh Said Al Yamani-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar