Minggu, 21 Oktober 2018

Nasihat Untuk Para Istri by Ustzh. Halimah Alaydrus


Kuucapkan kepadamu selamat dengan dilangsungkannya pernikahanmu. Dengan cara itu setengah bagian dari agama mu terjaga, begitu kata Nabi.
Dan pada saat itu kamu terhubung dengan suamimu dengan sebuah hubungan yang bahkan di mata Allah SWT, Tuhan kita, lebih kuat daripada hubungan mu dengan saudara mu dan kedua orang tua mu. Kau terhubung dengannya tidak hanya sekedar terkait. Engkau menjadi bagian dari suami mu dan dia pun begitu. Hubunganmu adalah sebuah hubungan yang menjadikanmu dan dia tidak ada lagi kau dan aku.. yang ada hanyalah kita. Tak ada lagi dia dan saya yang ada adalah kami berdua.
Komitmen akad nikah ini adalah sebuah keabsahan menjadikan laki-laki tersebut suami mu dan kau menjadi istrinya.
Tak boleh lagi kau ke luar dari rumah sejengkal saja tanpa seizinnya. Bahkan puasa sunnah yang semula dianjurkan untuk mu menjadi haram bagi mu tanpa kehendaknya.
Berat? Ya memang begitu tapi bersenjata lah dengan cinta.
Sebab seperti yang kau tau, hanya cinta yang mampu meringankan hal terberat yang pernah ada. Hanya cinta yang bisa membuat seseorang berkorban bahkan dengan nyawa. Hanya cinta yang dalam sejarah umat manusia kekuatannya lebih hebat dari pada senjata tercanggih apapun yang pernah ada.
Bersenjatalah dengan cinta. Cintailah suamimu bukan karena wajahnya, bukan karena fisiknya, bukan karena tatap matanya, bukan karena isi dompetnya. Cintailah ia dengan tulus. Cintailah ia tanpa syarat karena ternyata cinta itu ada dua.
Ada cinta asmara yang berbunga-bunga dan kata-kata indah. Cinta yang ini meskipun tampak memesona di awal, dia akan segera hambar bersama berjalannya bulan apalagi tahun pernikahan. Dan cinta yang ini bukan senjata. Cinta yang ini akan berubah menjadi bom waktu yang kelak akan meledak tatkala kekecewaan melandamu.
Disana ada cinta yang berbeda. Cinta yang tulus. Cinta yang sejati. Cinta tanpa jika. Cinta tanpa karena. Sebuah cinta yang membuatmu berucap kepadanya sepenuh hati dan jiwa “Apapun yang kau lakukan pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu”.
Tidak ukhti, jangan takut engkau akan dimanfaatkan untuk itu. Sebab ketika dia menerima cinta semacam itu darimu, dia menerima hadiah yang paling berharga. Jika engkau buktikan kesungguhan ucapanmu itu dengan lakumu, dia akan menyambutmu ke depan bukan mundur untuk menggapai cintamu.
Maka ukhti, cintailah dia karena dia adalah suamimu. Itu sudah cukup sebagai segala karena dan jika.
Cintai dia karena dia adalah orang yang telah dipilih Allah untuk bersamanya melayari bahtera rumah tangga, menata langkah bersama, berbagi dalam suka dan duka, merajut tawa dan tangis bersama. Cintai dia dengan cinta yang ini. Cintailah suamimu. Cintai wajahnya kala sedang rapi atau bangun tidur. Cintai senyumnya juga cemberutnya. Cintai kata-kata manis dan omelannya. Cintai segala kelebihan dan kekurangannya. Cintai dia apa adanya.
Saudariku sekalian, pernikahan ini membuatmu mengetahui segala aib dan kekurangan suamimu. Tak mengapa, karena ia pun akan mengetahui segala aibmu juga. Bukankah tak ada manusia yang sempurna? Dan kamu dan dia juga kita semua adalah bukti yang paling nyata. Masalahnya tinggal merubah fokusmu, mau konsentrasi kepada  kekurangannya itu saja ataukah lebih memperhatikan kelebihan-kelebihan yang tentunya lebih banyak yang dia punya.
Maka nanti setelah bulan madumu berlalu dan hitungan bulan bahkan tahun berlalu.. sebab kalau masih pengantin baru, semuanya serasa semanis madu kata orang. Nanti ketika sudah berlalu bertahun-tahun dari masa mu menikah, setiap kali engkau kecewa atas sesuatu yang ada pada dirinya cobalah berkaca dan dengan bijak mengakui bahwa seperti dia yang telah membuatmu kecewa barangkali engkau pun seringkali membuatnya kecewa. Seperti dia dengan kekurangan-kekurangan yang ada, kau pun bukan manusia yang sempurna maka cintailah ia lengkap dengan segala kekurangannya

========================================================
Tulisan tersebut sebenarnya ada di buku "Muhasabah Cinta" karangan beliau. Tapi beberapa hari lalu saya dengar dari Youtube. Lebih mengena karena beliau langsung yang bawakan. Sengaja di post disini biar tersimpan dan ingat. Hehe. Dan sebenarnya juga sebagai obat kangen dengan beliau. Jadi sebenarnya hari ini beliau ada jadwal majelis di Surabaya. Tau info itu dari Mbak Aisyah, kakak tingkat waktu SMA dan kuliah waktu share posternya di wa. Niatnya pengen hadir sama Mbak Aisyah. Eh ternyata Mbak nya gak bisa karena lagi di luar kota haha.. Semoga Allah kasih kesempatan lebih banyak untuk hadir di majelis beliau lagi. Kangen ingin mengambil ilmu dari beliau, duduk langsung bersama beliau, melihat langsung beliau karena kita hanya bisa puas memandang wajah beliau ketika kita hadir di majelis beliau. Semoga Allah jaga Ustadzah selalu...

Minggu, 14 Mei 2017

Tanda bahwa kita sudah benar-benar mengikhlaskan sesuatu adalah ketika kita diingatkan pada hal tersebut maka tidak ada lagi rasa sesak, sakit, atau kecewa. Semua menjadi biasa dan seakan tidak terjadi apa-apa. Ketika kita yakin bahwa segala yang terjadi atas izin Allah maka tak mengapa jika tidak sesuai dengan harapan kita. Kalau pun kita tidak bisa memahaminya sekarang, jangan khawatir karena itu hanya soal waktu. Kedepannya, kita akan sadar semua pasti ada hikmahnya :))

Rabu, 15 Februari 2017

Plegmatis-Melankolis

PLEGMATIS – Si Pecinta damai

      Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan phlegma. Dimana orang yang phlegmatis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti tidak suka terburu-buru, tenang, tidak mudah dipengaruhi, setia, dingin, santai dan sabar (cocok sih)Tidak adanya gairah, bukan kelemahan, mengatakan secara tidak langsung kecondongan untuk tidak mudah dan tidak cepat kena pengaruh. Orang seperti ini lambat jadi hangat tapi jika sudah hangat dapat bertahan hangat lebih lama. Ia bertindak atas dasar keyakinan bukan atas dasar dorongan naluri. Temperamennya yang cerah dapat menggantikan ketidakhadiran kecerdikan dan kebijakan di dalam dirinya. Ia bertindak layak dalam bergaul dengan orang lain dan biasanya dapat maju karena kegigihannya dalam mencapai sasaran-sasaran yang dikehendakinya sementara ia bergaya seakan-akan memberi jalan pada orang lain.
      Kaum plegmatis umumnya menghindari konflik a.k.a netral, bagi mereka Perdamaian itu nomer 1, perdamaian perdamaian, perdamaian peeerdamaian.. (aku banget :") Mereka juga baik hati, pribadinya tenang rendah hati dan juga penyabar, terlihat kalem (sepakat). Plegmatis mempunyai daya humor yang tinggi (iyakah??), menyenangkan untuk diajak gaul (semoga saja ya, hehe). Si plegmatis mereka tipe pendegar, jadi kalau misalkan ada orang yang berbicara anda memperhatikan seorang teman asik mendengarkan dialah si plegmatis. so, mau curhat, pilihlah orang dengan sifat plegmatis :D .
      Oke, sekarang buruknya neh, orang plegmatis orang simple, nggak mau melibatkan diri dalam konflik bahkan konflik di dirinya sendiri alias pengen mudahnya kalau ada yang mudah ngapain dipersulit? (bener banget wkwk), kalau disuruh mengambil keputusan sering kali ditunda tunda, jadi punya temen plegmatis keknya harus dicambukin biar jalan, apalagi sifat nggak bersemangat dan malesnya yang nggak ketulungan, heheheh. (Astaghfirullah.. Ada benernya nih, makanya sampai inisiatif mau beli schedule board :'D). Selain males, suka menunda nunda dan ambil enaknya ternyata mereka juga kikir (nah kalau ini agak2 kurang setuju. Kalau lg banyak duit mah royal kok haha), sedikit egois dan penakut (mungkin sih)
Kekuatan:
* Mudah bergaul, santai, tenang dan teguh --> Alhamdulillah kalau memang gtu
* Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik --> iya sih..
* Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana --> bijaksana ya? masih gak yakin..
* Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi) --> Biasanya memang disimpen sendiri sih kalau lagi seneng banget, kecewa banget, atau sedih banget, curhatnya sama yg di atas aja, atau kalau gak bisa nahan palingan curhat sama temen yg deket banget. 
* Kuat di bidang administrasi, dan cenderung ingin segalanya terorganisasi --> dulu mah sering banget jadi pengepul, ngerapiin sm meriksa laporan tp semenjak yg dipegang banyak jadi agak harus milah-milah. Sadar diri nggak semuanya bisa kita lakuin, kadang harus ada yg didelegasikan ke orang lain.
* Penengah masalah yg baik --> iya gak suka gitu kalau ada yg berantem, cek cok, dsb
* Cenderung berusaha menemukan cara termudah --> kalau ada yg gampang kenapa cari yg sulit? haha
* Baik di bawah tekanan --> woles aja mah.. semuanya bakalan berlalu kan
* Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan --> karena kita sendiri juga nggak suka kan kalau disinggung
* Rasa humor yg tajam --> tajam apa? kadang berasa krik krik dan balik yg di bully T.T
* Senang melihat dan mengawasi (stalking jg kah??)
* Berbelaskasihan dan peduli --> Alhamdulillah
* Mudah diajak rukun dan damai --> absolutely yes..

Kelemahan:
* Kurang antusias, terutama terhadap perubahan/ kegiatan baru --> ??
* Takut dan khawatir --> iya sih.. selalu yang muncul di pikiran "how if.."
* Menghindari konflik dan tanggung jawab --> duh takut nggak amanah bos :(
* Keras kepala, sulit kompromi (karena merasa benar) --> maybe yes may be no
* Terlalu pemalu dan pendiam --> Lihat sikon juga sih. Kalau uda kenal mah bisa malu2in
* Humor kering dan mengejek (Sarkatis) --> jangan sampe mengejek laah:(
* Kurang berorientasi pada tujuan --> kadang berorientasi kok tapi harus selalu ada reminder gitu :p
* Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri --> sometime mager 
* Lebih suka sebagai penonton daripada terlibat --> yups that's right. Berasa nggak nyaman gitu kalau jadi pusat perhatian
* Tidak senang didesak-desak --> haha.. Sepertinya semua juga gitu deh,
* Menunda-nunda / menggantungkan masalah.--> kadang sih

MELANKOLIS – Si Sempurna

      Kau begitu sempurna, dimataku kau begitu indah. ingat dengan lirik lagu ini? lagunya Andra and The Backbone dengan judul "Sempurna". Pas banget dengan sifat manusia yang akan kita bahas sekarang yaitu Melankolis si Sempurnaaaaa. Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan melanchole. Dimana orang yang melancholis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pesimistis, penakut, dan kaku (masak gini sih? :'( ).
Menganggap segala sesuatu amat penting. Di segala tempat mereka menemukan alasan untuk merasa khawatir dan yang pertama-tama mereka perhatikan dari sesuatu keadaan ialah kesulitan-kesulitannya (iya kenapa yg muncul dluan negatifnya ya? ). Ini dilakukannya tidak atas dasar pertimbangan keakhlakan melainkan karena pergaulan dengan orang lain membuat ia khawatir, berprasangka, dan sibuk berpikir. Justru karena sebab inilah rasa bahagia menjauhinya.
      Melankolis, kalau nemu temen orangnya pemikir, sensitif, romantis, teratur, bisa dipastikan 99.99 persen dia tipe orang melankolis. Si melankolis mempunyai rasa empati yang tinggi, tak jarang kalau ada temen yang ada masalah dialah orang pertama yang merasakanya bahkan menjadi pendengar yang baik. selain berempati, melankolis juga romantis banget, jagi bikin puisi (tapi aku gak jago tuh).
Si melankolis ternyata punya bakat perfeksionis harus sempurna (Ya ya bener banget :D tp sekarang uda agak berkurang sih, banyak yg harus dikerjain, kadang tugas selesai tepat waktu aja uda syukur haha) Dia juga tipe pemikir . Orang bertipe ini cenderung mempunyai rasa seni yang tinggi, suka akan gambar, grafik dll. (dulu suka kalau ada pelajaran seni prakarya) cukup berbakat menjadi seorang seniman entah musik atau pelukis (mungkin). Mereka juga kadang suka sekali namanya berkorban, bahkan mengorbankan diri mereka sendiri demi orang lain, tidak suka menonjolkan diri a.k.a low profile lebih memilih bekerja dibalik layar, sepertinya nggak mau terkenal (iyaa  ntah kenapa deh).
     Oke, sudah cukup membanggakan diri sebagai melankolis. sekarang kita bahas sisi jeleknya, hehehehe. Tipe melankolis orangnya super sensitif, bahkan anda tiup rasanya kayak ditabok hehehehe. Mereka suka yang namanya menyendiri, kadang juga terjebak di masa lalu dengan ratusan kisah sedih sambil meratapi nasip dan suka membesar besarkan masalah, mengapaaaaaaaa aku beginiii (eh tapi seriusan deh dari masa lalu itu kita jadi banyak belajar biar kesalahan yg sama gak terulang lagi huaaha)Melankolis umumnya tertutup, kalau ada masalah biasanya diumpetin, kalaupun dibagi, pastilah dibagi dengan orang yang paling diapercaya entah keluarga ataupun teman (yups, pantang deh buat curhat masalah perasaan di medsos yg bisa dibaca banyak orang haha). Mereka juga kadang suka meremehkan diri mereka sendiri, padahal apa yang dikerjakannya mungkin lebih bagus dengan orang lain, istilahnya rumput tetangga lebih hijau dan juga takut kegagalan intinya pikiranya negatip mulu nggak ada motivasi (haha, iya ini harus dikurangi, sering diengetin anak2 juga. Bersyukur kok tapi dalam hal kebaikan bukannya kita harus lihat ke atas ya? hehe. ini mah alibi.) Idealis, kalau dirasa sesuatu tidak sesuai kehendaknya mereka kadang suka ngedumel. (Laah)

Kekuatan:
* Analitis, mendalam, dan penuh pikiran --> oh nooo..
* Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal --> bener juga
* Artistik, musikal dan kreatif (filsafat & puitis) --> ada benernya
* Sensitif --> bangeet
* Mau mengorbankan diri dan idealis --> dulu gitu tapi sekarang uda mulai dikurangi
* Standar tinggi dan perfeksionis --> selalu inginnya gtu tp kadang lihat realitas juga sih
* Senang perincian/memerinci, tekun, serba tertib dan teratur (rapi) --> haha
* Hemat --> aku ada celengan tuh
* Melihat masalah dan mencari solusi pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif) --> ini gak paham kreatifnya kayak gmn hehe
* Kalau sudah mulai, dituntaskan. --> idealnya kan emang gitu
* Berteman dengan hati-hati. --> belum seberapa paham yg ini
* Puas di belakang layar, menghindari perhatian. --> iya bener
* Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi --> ohhh
* Sangat memperhatikan orang lain --> bangeet, bisa dibilang "I know you more than you think" haha

Kelemahan:
* Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan) --> duh ini harus dikurangi
* Mengingat yang negatif & pendendam --> gak juga kok.. 
* Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah --> red: sering gak enakan mungkin ya
* Lebih menekankan pada cara daripada tercapainya tujuan --> really?
* Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah --> oh yaa?
* Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan (if..if..if..) --> masak sih? hehe
* Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit disenangkan --> mungkin sih
* Hidup berdasarkan definisi --> maksudnya?
* Sulit bersosialisasi --> iya tergantung lingkungan
* Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik/ yg menentang dirinya --> haha gitu ya
* Sulit mengungkapkan perasaan (cenderung menahan kasih sayang) --> bener sih
* Rasa curiga yg besar (skeptis terhadap pujian) --> iya mikirnya "jangan bilang gitu padahal aku loh masih ini, cuma itu)
* Memerlukan persetujuan --> hmm ya ya 


Sumber :
http://www.psychoshare.com/file-1927/psikologi-kepribadian/4-tipe-kepribadian-manusia-plegmatis-melankolis-sanguinis-koleris.html

Minggu, 15 Januari 2017

Mengupload Amalan ke Langit

      Seorang teman tiba-tiba meminta ijin leave dari grup tanpa memberitahukan alasan apapun. Begitu minta ijin langsung ‘mak klinthung’ keluar begitu saja. Banyak yang heran lalu bersuudzon dan menebak-nebak alasan kepergiannya. Dari kabar yg paling valid diketahui rupanya dia pergi menunaikan ibadah umroh selama beberapa waktu. Mungkin agar tidak mengganggu ibadahnya dia sengaja menenangkan diri dengan keluar dari grup. Yang membuat saya salut, dia ini teman yang cukup eksis di grup dan medsos. Seperti kebanyakan kita, sering juga memposting status dan foto-foto aktifitasnya. Tapi ketika saatnya ibadah, tak ada satupun foto dan rekam jejak ibadah yg dia upload dan kabarkan kepada teman-temannya. Bahkan sekedar meminta doa restu pun tidak.
      Saya mencoba memahaminya. Meminta doa memang baik, tapi disitu kadang justru sering terselip nafsu ingin pamer dan riya. Mungkin dengan alasan itulah pilihan diam-diam lebih dia sukai. Luar biasa salut pada kehati-hatiannya dalam beribadah. Sepertinya paham betul bahwa bentuk ibadah itu adalah murni dan spesial hanya dipersembahkan untuk-Nya. Selain dari itu bisa jadi akan merusak amalannya atau bahkan bisa justru menjerumuskannya dalam kategori syirik. Jika aktifitas harian boleh  diunggah ke medsos, maka khusus untuk aktifitas ibadah dia unggah langsung ke langit. Seribu satu orang yang bisa begitu, apalagi di zaman teknologi informasi seperti ini. Apa coba yang tidak ingin kita pamerkan? Apalagi ibadah mahal yang identik dengan plesiran, wajar dong kalau satu dua foto diupload? Terus terang saya malu sekaligus iri dengan keteguhan hati yang sanggup memurnikan ibadah hingga seperti itu.
Sedangkan saya sendiri,
sholat di masjid bagusan dikit…cekrek!
Nyumbang panti asuhan setahun sekali…cekrek!
Buka puasa bersama dhuafa…cekrek!
Atau sekedar update status dini hari untuk mengajak sholat agar ketahuan kita lagi tahajud.
Atau sekedar mengomentari makanan berbuka agar ketahuan kita lagi puasa.
Atau sekedar mohon doa restu selamat dan lancar agar semua tahu kita mau berangkat umroh atau haji.
      Amalan memang bergantung pad niatnya. Atas alasan syiar semua itu memang sah-sah saja.. Tapi jika semua orang sudah latah menggaungkan syiar seperti itu, sepertinya yang senyap dan diam-diam kok rasanya menjadi sangat istimewa ya?!
Apakah ini status nyinyir?
InsyaAllah bukan! ðŸ˜˜
*) Mohon maaf bagi yang tersinggung dengan tulisan ini. Ada banyak temennya kok. Dari 1001 orang, 1000 sama tersinggungnya termasuk juga saya sendiri didalamnya. Adapun yang satu orang lagi…mbuh, dia itu memang mahluk Tuhan yang istimewa diatas kebanyakan kita…
Krik…krik….

============================================================================================
      Salah seorang temaan posting tulisan ini di wa. Bagus ya?? Suka sekali sama tulisannya. Jadi semacam self-reminder gitu. Masih harus banyak belajar untuk meluruskan niat :" 

Sabtu, 10 Desember 2016

Menghargai Perbedaan

     Hari itu tidak seperti biasanya, ada yang lain. Sewaktu saya sampai di rumah Bu Nita, ada hiasan bunga yang menggantung di depan pintu rumah. Awalnya saya kira cuma hiasan biasa. Waktu saya masuk rumah baru faham. Wah ternyata sudah ada pohon natal yang cukup besar di ruang tamu lengkap dengan pernak pernik ornamen natal yang menghiasi seisi ruangan. Saya masuk seperti biasa.
Me         : “Wah Bu, sudah dipasang ya Bu? Padahal masih bulan November ya ini Bu?” (Tanya saya sambil senyum-senyum)
BN          : “Iya Miss. Biasanya emang gitu sih Miss. Sudah mulai pasang akhir November biar berasa suasananya.”
Me         : “Owaah, gitu ya Bu. Baru tau. (Saya menimpali sambil antusias gitu)
                 Obroan berlanjut tentang pohon natal... (Harganya, dimana dan kapan belinya) sambil nunggu Kelly yang masih mandi.  Sambil melakukan aktivitasnya di dapur beliau tanya lagi ke saya,
BN          : “Miss hari ini puasa ya?”. (Kebetulan waktu itu hari Kamis. Sepertinya beliau sudah hafal gitu kalau setiap Senin sama Kamis saya puasa kecuali kalau sedang ada udzur)
Me         : “Iya Bu. Kenapa Bu?” (Jawab saya singkat).
BN          : “Gpp Miss. Ini tadi pesen pastel tutup banyak Miss. Soalnya Kelly sama papanya itu doyan. Uda pernah makan belum Miss? Enak kok. Aku bungkusin ya Miss buat buka puasa. Tak panasin di oven dulu. Makan ini aja buat buka puasa uda kenyang kok Miss. Gak usah beli nasi nanti Miss.” (Jelas beliau antusias)
Me         : “Oh iya Bu. Makasih banyak loh Bu. Jadi nggak enak saya.” (Jawab saya basa-basi gitu. Tapi dalam hati siapa yang tidak senang sih kalau dikasih sesuatu gitu. Hehe)
                Waku jam les mau selesai, Bu Nita datang bawa makanan banyak lalu ditata dan dimasukin ke kresek yang cukup besar.
BN          : “Miss ini ya buat buka puasa” (Ucap beliau ramah)
Me         : “Loh Bu, kok banyak banget itu Bu?” (refleks saya jawab gitu soalnya yang saya lihat yang dimasukin nggak hanya pastel tutup yang tadi saja tapi ada ote-ote 3 biji, 1 kotak jajanan pasar, saya ngggak tahu namanya apa :D  sama 1 sisir pisang dan 1 botol air mineral)
BN             : “Iya Miss. Ini kalau lagi ada kok. Kebetulan hari ini kok ya banyak berkah. Daripada gak kemakan Miss”.
Me            : “Oh iya.. Sekali lagi terimakasih banyak loh Bu..

               
     Itu Cuma sepenggal cerita yang saya alami sih. Sempat ada pertanyaan dari teman-teman, termasuk Ibu, Kalau dikasih makanan gitu apa ya nggak takut Wil?. Nah saya berani jawab “InsyaAllah gakpapa kok”. Saya jawab begitu juga bukan asal tapi ada alasannya. Hehe. Jadi pernah waktu awal-awal gitu, Kelly bilang ke mamanya gini, “Ma, Missnya kasih pie itu loh Ma..” Kemudian beliau jawab “Gak bisa Kelly. Missnya gak bisa makan itu. Gak halal itu. Kalau kita tetap kasih kita yang dosa nanti.” Setelah dibilangin mamanya gitu kedepannya setiap kali dia mau kasih saya jajan pasti tanya dulu ke mamanya, “Ma, Miss Wilda boleh makan ini ta Ma??” Kadang  lucu juga lihatnya tapi ya Alhamdulillah Allah mudahkan semuanya. Ternyata senang ya kalau semua bisa benar benar memahami dan menghargai perbedaan yang ada. Tapi tetap menghargai perbedaan disini tetap dalam bingkai aturan yang diterapkan. Saya juga kurang setuju kok dengan konsep menghargai perbedaan yang kebablasan.
                “Menghargai perbedaan”,  yang sering disebut toleransi (Bahasa Indonesia) atau tasamuh (Bahasa Arab) yang menjadi poin pentingnya. Setiap saat kita selalu berinteraksi dengan masyarakat yang beragam. Itu hal yang tidak bisa dihindari menurut Saya. Entah perbedaan ras, suku, agama, dan lainnya. Atau jika dikerucutkan lagi, meskipun dalam agama yang sama, kita juga masih dihadapkan dengan perbedaan, seperti aliran, pemahaman, pola pikir, atau hanya sekedar karakter seseorang. Itu sesuatu yang sangat wajar. Dari sana saya belajar bagaimana bersikap dan bagaimana meposisikan diri. Saya belajar untuk lebih hati-hati dalam bersikap dan berucap agar tidak ada yang tersinggung atau sakit hati dengan ucapan dan perbuatan saya. Mungkin karena itu saya lebih sering memilih untuk tidak mengikuti trend, sangat jarang untuk ikut komentar tentang isu-isu yang lagi hits. Tidak ikut komentar bukan berarti tidak peduli. Entah ya saya pribadi memang kurang suka untuk komentar mengenai hal-hal seperti itu di media sosial. Tapi hal tersebut juga bukan berarti saya tidak mengikuti perkembangan yang terjadi. Kadang komentar dan meme-meme yang bertebaran di medsos itu terlalu berlebihan menurut saya. Berpendapat itu hak semua orang. Tentu kita semua tahu itu. Namun yang harus diingat tetap jaga etika.
“Dan janganlah kamu memaki- sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena nanti mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitahu kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”
(QS. Al An’am :108)
                Kadang juga muncul pertanyaaan, Ya Allah, kenapa kok gini ya?. Di zaman akhir seperti ini, ketika berita yang benar dan salah bercampur jadi satu dan kita kesulitan untuk memilahnya, siapa lagi yang bisa kita harapkan selain petunjuk-Nya? Barangkali itulah mengapa setidaknya 17 kali dalam sehari secara tidak langsung berdoa “ihdinasshirothol mustaqiim”.. Ya Allah tunjukkanlah kami jalan yang lurus..

Gresik, 10 Desember 2016


Minggu, 04 Desember 2016

Jalanan Rusak Memakan Korban, Salah Siapa?

Salam,
                Sebenarnya sudah pengen curhat dari beberapa hari lalu pas kejadian tapi baru bener-bener tergerak buat nulis malam ini. Minggu, 27 Nopember 2016 sudah menyiapkan planning sebelumnya, mau balik ke Surabaya. Berangkat dari Gresik jam 08.30. Kalau tidak ada halangan insyaAllah sampai kos sekitar 09.30. Sekitar jam 10 mau ke Royal, hari terakhir Gramedia Book Sale soalnya. Buku yang dijual harganya Rp 5000 atau Rp 10.000, rugi banget kalau gak kesana. Setelah itu jam 2 sore mau kasih les privat, adiknya mau UAS soalnya. Nah habis dari situ langsung cus ada acara School of Parenting GMH di Putat Jaya. Agenda terakhir, malamnya berencana nginep tempat teman, mau ngelanjutin tugas besar Analisa Produktivitas yang masih absurd banget. Tapi sekali lagi, it’s just a plan. Rencana dari manusia biasa yang berpeluang meleset.
                Sebelum berangkat isi bensin dulu di pom bensin terdekat. Setelah itu cus berangkat. Seperti biasa, saya bukan tipe orang yang suka mengendarai motor dengan kecepatan tinggi di jalan. Maksimal 60 km/jam lah ya. Kalau dibandingkan teman-teman itu mah nggak ada apa-apanya. Ngeri deh pokoknya kalau dibonceng anak-anak. Jadi lebih enak motoran sendiri, bisa kita atur sesuka hati. Ya kan? Haha. Awal perjalanan semuanya baik-baik saja. Jalanan cukup lengang dari biasanya, maklum hari libur. Meskipun sepi tetap aja nggak berani ngebut. Sampai akhirnya melewati Kalianak, daerah yang banyak pabrik dan biasanya banyak di lewati kendaraan berat. Kalau yang biasa lewat sana pasti hapal banget kan ya kondisi jalannya. Jalanan yang nggak rata, banyak yang rusak, banyak yang lubang, dan sejenisnya lah. Beberapa kali sempat lihat kecelakaan pas lewat sana. Tapi alhamdulillah dua tahun bolak balik lewat sana masih diberi selamat sampai hari itu pun tiba. Haha. Karena uda paham medannya, otomatis sudah siap dong ya.. Sudah sangat hati-hati padahal. Sampai akhirnya di jalanan yang dekat arah Margomulyo.. Berasa cepet gitu. Dari jauh nggak keliatan kalau ada lubang. Kecepatan mungkin 40-60 km/jam lah ya. Jalanan sepi banget..  Pas mendekat lah kok ada lubang yang lumayan besar. Langsung ngerem mendadak sama menghindar ke kiri dong ya. Tapi malang, eh malah ngesot tuh motornya. Banyak pasir juga di sebelah sana soalnya. Pas jatuh itu juga agak nggak nyadar ya. Dalam hati ngomong gini “Yaa jatuh ya? Kok sedih gini..” sambil duduk di tengah jalan dan motor tergeletak gitu. Nengok depan belakang untungnya kok sepi. Sampai akhirnya ada 1 motor suami istri yang lewat terus berhenti. Si Ibu nolongin saya. “Loh Mbak, gak papa kan? Ini minum dulu mbak”, sambil ngasih segelas air mineral. Saya terima saja biar lebih tenang. Nah si bapak yang minggirin motor sambil meriksa apa masih bisa dikendarai apa gak. Eh ternyata kok alhamdulillah masih bisa dipakai. Cuma ada banyak goresan gara-gara jatuh itu. “Mbak, kok bisa jatuh? Mau kemana emang Mbak?”, tanya Si Bapak. “Eh iya, ini mau ke arah ITS dari Gresik pak. Tadi itu niatnya mau mengindri lubang itu nah kok malah jatuh. Hhehe. Banyak pasir ini pak soalnya”, pembelaan saya. “Iya, mbak. Lain kali hati-hati ya Mbak. Disini sering soalnya mbk. Kemaren di sebelah sana juga ada yang kecelakaan. Untungnya kok ya pas sepi, gak ada kendaraan di belakang.”, sambung Si Ibu. “Iya, Buk. Alhamdulillnya kok ya gitu. Cuma lecet dikit motornya sama orangnya. Hehe. Maturnuwun nggih Pak, Buk. Ngapunten loh jadi ngerpoti.”, Balas saya. “Iya wes, gak papa mbak. Ini motornya masih bisa dipake kok. Hati-hati loh mbak.” Jawab Si Bapak sambil ngasih motor ke Saya sebelum melanjutkan perjalanan mereka.
                Akhirnya sambil nahan rasa sakit saya terusin deh perjalanan ke kos. Sebenarnya nggak nangis sih. Jarang banget nangis gara-gara jatuh kayak gini. Tapi kemaren itu ya agak gimana. Dibilang nangis ya nggak, dibilang nggak nagis ya keluar air matanya. Bukan apa-apa tapi gara-gara nahan sakitnya di tangan sama kaki yang lecet. Hiks. Di tengah jalan kok ya ingat tentang kisah Khalifah Umar bin Khattab ra tentang jalanan yang rusak. (Ini sih mungkin karena saya agak gak ikhlas harus jatuh gara-gara jalanan yang lubang :’D). Jadi suatu ketika beliau mendapat laporan bahwa ada seekor keledai yang kakinya tergelincir dan jatuh ke jurang akibat jalanan yang dilewati di Kota Irak.  rusak dan berlubang. Betapa sedihnya hati beliau saat itu. Sosok amirul mukminin yang dikenal tegas dan tegar itu sampai menangis. Melihat hal tersebut, salah seorang ajudan bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau begitu sedih? Bukankah itu hanya seekor keledai?” Lantas beliau menjawab dengan begitu serius dan marah. “Apakah engkau sanggung menjawab di hadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang kau lakukan ketika memimpin umatmu?”. Di redaksi yang lain juga disebutkan bahwa beliau menjawab “Aku sangat khawatir akan ditanya Allah tentang keledai yang jatuh di jalanan Irak. Kenapa aku tidak sediakan jalanan yang rata?”. Duh, duh. Betapa sangat peduli dan tanggung jawab beliau ini sebagai pemimpin. Andaikan saja saat ini beliau yang jadi pemimpin, betapa senangnya kita. Setidaknya tidak ada korban dari jalan yang rusak seperti saya :"
                Sesampai di kos, waktu lepas kaos kaki dan sarung tangan. Taraaaa... Hmm.. Sesuai dugaan kan. Lecetnya lumayan. Terutama di kaki. Untungnya pas ada teman-teman di kosan. Jadi dibantuin deh ngebersihin dan ngasih obatnya. Makasih ya Fitri, Mbak Indri, sama Mbak Amalia yang niat awalnya ke kos cuma buat ambil absensi SoP tapi waktu lihat kakiku gitu langsung balik kosnya buat ambil betadine dkk padahal juga lagi dikejar waktu. Soalnya Mbk Amal kurang yakin kalau cma diolesi madu. Hehe..
Kaki kiri yang banyak lecet :((

                Beberapa saat kemudian waktu lagi berselancar di fb kok ya kebetulan banget ada teman yang ngepost tentang jalanan di daerah itu, meskipun lokasinya tidak sama persis. Dalam hati saya ngomong, “Aku uda jadi korbannya itu L” .




               Btw kalau dilihat-lihat, fenomena korban dari jalanan yang rusak itu sama seperti fenomena gunung es. Yang kelihatan Cuma sedikit. Tapi jumlah aslinya jauh lebih banyak. Ada yang Cuma luka ringan seperti saya. Ada juga yang sampai meregang nyawa. Semoga cepet diperbaiki lah ya jalanan yang rusak-rusak itu. Di luar faktor jalanan yang rusak, jangan lupa selalu hati-hati saat berkendara, fokus, dan terus berdoa. Utamakan keselamatan. Ada keluarga yang menanti di rumah :’)


Surabaya, 05 Desember 2015

~Dini hari~


Kamis, 13 Oktober 2016

Jatuh cinta dan patah hati itu seperti mawar dan durinya. Sepaket, tidak bisa dipisahkan. Seberapa berbunga-bunga perasaanmu, pasti akan ada rasa sakitnya. Karena kesalahan terbesar dari jatuh cinta adalah "jatuh". Oleh karenanya, sudihkah kiranya Engkau menangkap diri ini ketika akan terjatuh? Sehingga rasa sakit iu tidak akan terasa.