Assalamu’alaikum..
Malam
ini saya jadi tergelitik buat nulis. Setelah akhir-akhir ini berita mengenai
bocah korban perang Suriah bertebaran di timeline
facebook, akhirnya saya gak tahan juga untuk kepo tentang beritanya. Sebenarnya
sudah sering lihat berita itu bertebaran tapi karena sumbernya (mohon maaf) termasuk dalam kategori yang saya
kurang yakini kebenarannya, akhirnya males juga bacanya. Sampai akhirnya nemu berita yang cukup menarik perhatian
saya juga (masih terkait dengan berita yang sama). Banyak situs yang
memberitakan tentang Bu Dina Sulaeman. Nah siapakah beliau ini? Terus terang
saya pribadi juga baru tau waktu itu lho. Dari membaca judulnya nih saya bisa
nangkap kesimpulan mereka tentang beliau ini.
Yap, label “Syiah” disematkan untuk beliau guys. Hahaha. Ketawa aja saya. Maklum sudah banyak kasus-kasus
seperti ini sebelumnya. Dikit-dikit syiah, dikit-dikit kafir.
Meskipun demikian, rasanya saya juga harus berterima kasih untuk mereka yang
menyebarkan berita tersebut, terlebih lagi untuk penulisnya ya. Akhirnya saya
jadi kepo tentang Bu Dina. Iseng-iseng cari facebooknya
beliau. Alhamdulillah dapat. Baca tulisan beliau disana, sempat buka blog
pribadi beliau juga dan hasilnya saya sangat terpana dengan beliau (Alay deeh
hahah.) Eh tapi seriusan sih ini. Dari tulisan beliau yang saya baca, saya
ambil kesimpulan kalau beliau ini keren banget. Tetap berani menyampaikan
kebenaran meskipun banyak sekali yang menentang. Sabar ya Bu Dina. Tulisan beliau
juga ilmiah sekali. Sok baca deh
kalau gak percaya. Tapi harus netral dulu ya.. Susah deh kalau uda kemakan sama
berita yang aneh-aneh, nanti malah gak bisa terima berita yang benar. Hehe.
Btw,
saya termasuk yang percaya bahwa konflik yang terjadi di Suriah, Palestina,
Libya, Irak, Iran dan bahkan yang terjadi di Indonesia sekarang ini (golongan
yang pro dan kontra pemerintah), ada banyak pihak yang bermain di dalamnya,
tentunya mereka pasti punya tujuan ya. Dan biasanya big goal-nya itu gak banyak orang yang tahu guys. Pun juga dengan media, kadang kita perlu hati-hati lho sama
media. Jangan semua berita ditelan mentah-mentah. Apalagi berita yang
provokatif. Silahkan tabayyun
(diselidiki dulu), bandingkan sama berita yang lain, bisa juga deh liat background media itu (kadang ini juga
berpengaruh terhadap keberpihakan media itu), atau kalau ada penulisnya, coba lihat track record-nya deh. Intinya jadi
pembaca cerdas aja. Nah setelah diteliti kok Anda merasa yakin dan percaya, ya
itu hak pribadi Anda, tapi jangan sampai menyalahkan, membenci, atau mencaci
yang tidak sependapat dengan Anda. Gak boleh loh itu. Siapa tahu justru yang
Anda caci itu yang benar. Wallahua’lam..
Pandangan kita sangat sempit guys. Ini
juga pesan untuk saya pribadi kok. Meskipun sebenarnya saya cukup mengikuti berita
seperti ini tapi saya lebih suka untuk tidak sembarang share. Why? Belum cukup berani. Haha.. Eh tapi ada alasan juga
ding. Biar menjaga perdamaian aja sih mengingat latar belakang teman-teman facebook yang macam-macam. Jangan sampai
gara-gara share berita eh nantinya
jadi debat kusir. Kan gak lucu ya. Tapi buat tokoh-tokoh yang memang tahu
kebenarannya hukumnya wajib untuk menyampaikan agar tidak terjadi fitnah. Saya juga
apresiasi buat teman-teman yang berani menyebarkan kebenarannya meskipun
konsekuensinya ya dapet kritikan, komenan yang macam-maam. Tapi ka;au saya
pribadi belum berani sampai kesana. Hehe.. Akhirnya saya Cuma berdoa “Allahumma arinal haqqa, haqqaa,
warzuqnattiba’ah, wa arinal baatihila baathila, warzuqnajtinabah” dan
semoga negeri ini dijadikan sebagai baldatun
thoyyibatun wa rabbun ghofur. Aamiiin..
Rasulullah
SAW bersanda: “Akan muncul suatu
sekte/firqoh/kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur’an. Dimana, bacaan
kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. demikian pula
shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan
puasa kalian. Mereka membaca Al-Qur’an dan mereka menyangka bahwa Al-Qur’an itu
adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al-Qur’an itu adalah (bencana) atas
mereka. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar
dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya.” (HR. Muslim
1773) “Mereka baik dalam berkata tapi
jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka
tidak menjalankannya sedikitpun. (HR. Al-Hakim)