Senin, 08 Agustus 2016

Nasihat Gurutta

               
            Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannnya. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan, dilepas dengan suka cita.  Aku tahu, kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbaik yang tidak pernah dipahami para pecinta. Mereka tidak mau mencoba memahmi penjelasannya, tidak bersedia.
                Lepaskanlah. Maka besok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita.  Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Hei, kisah-kisah cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya. Tapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah, penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik yang dituliskan.
                Dengan meyakini itu, maka tidak mengapa kalau kau patah hati, tidak mengapa kalau kau kecewa, atau menangis tergugu karena harapan, keinginan memiliki, tapi jangan berlebihan. Jangan merusak diri sendiri. Selalu pahami, cinta yang baik selalu mengajari kau agar menjaga diri. Tidak melanggar batas, tidak melewati kaidah agama. Karena esok lusa, ada orang yang mengaku cinta, tapi dia melakukan begitu banyak maksiat, menginjak-injak semua peraturan dalam agama, menodai cinta itu sendiri. Cinta itu ibarat bibit tanaman. Jika dia tumbuh di daerah yang subur, disiram dengan pupuk pemahaman baik, dirawat dengan menjaga diri, maka tumbulah dia menjadi pohon yang berbuah lebat dan lezat. Tapi jika bibit itu tumbuh di tanah yang kering, disiram dengan racun maksiat, dirawat dengan niat jelek, maka tumbulah dia menjadi pohon meranggas, berduri, berbuah pahit.
                Jika harapan dan keinginan memiliki itu belum tergapai, belum terwujud, maka teruslah memperbaiki diri sendiri, sibukkan dengan belajar. InsyaAllah, besok lusa, Allah sendiri yang akan menyingkapkan misteri takdirnya.
                Sekali kau bisa mengendalikan harapan dan keinginan memiliki, maka sebesar apa pun wujud kehilangan , kau akan siap menghadapinya. Kau siap menghadapi kenyataan apa pun. Jikapun kau akhirnya tidak memiliki gadis itu, besok lusa kau akan memperoleh pengganti yang lebih baik.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

                Nasihat yang sangat bijak, disampaikan oleh Gurutta Ahmad Karaeng kepada Ambo Uleng, sosok pemuda yang akhirnya bersedia menceritakan kisah cintanya yang pilu, membayangkan kehilangan sosok yang begitu dicintainya sungguh telah memporak-porandakan perasaannya. Kau tahu, Ambo bahkan tidak pernah saling bicara dengan gadis itu, hanya pertemuan-pertemuan singkat yang tak disengaja. Tapi mereka tahu bahwa mereka saling mencintai. Mungkin karena hati yang berbicara, kemudian tercermin dari tingkah laku  ataupun tatapan mereka. Sampai akhirnya gadis itu mengirimkan surat kepada Ambo, membawa kabar perjodohan dirinya. Betapa perihnya hati Ambo Uleng saat itu. Dia memutuskan untuk lari setelah berjuang semampunya. Siapa sangka, laki-laki yang akan dijodohkan dengan gadis itu adalah murid dari Gurutta Ahmad Karaeng, yakni Ambo Uleng itu sendiri. Sungguh, betapa indahnya jalan cinta untuk mereka yang menahan diri..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar