Rabu, 11 November 2015

Bukankah itu Fitrah?

      Dalam buku itu dikatakan tak ada jatuh cinta yang salah. Ia seringkali hadir begitu saja, tanpa sempat kita waspadai. Atau, kalaupun sudah diwaspadai tetap saja kita tak mampu lari darinya. Ia terus mengejar kita sampai sudut terjauh yang bisa kita jangkau, lalu, ketika kita lelah, ia datang menerkam dengan segera. Memperdaya kita dengan segala pesonanya. Tanpa ampun. Tanpa negosiasi sedikit pun. Tuhan saja masih berlapang hati memberikan penangguhan pada iblis, nyatanya jatuh cinta tidak. Sepertinya memang tidak ada yang salah dengan perasaan jatuh cinta.  Bahkan dalam surat cinta-Nya disebutkan bahwa ketertarikan pada lawan jenis merupakan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Bukankah itu berarti setiap manusia harus mensyukurinya? Barangkali disitu letak persoalan sesungguhnya. Bukan pada pertanyaan apakah jatuh cinta merupakan perasaan yang salah atau tidak, melainkan bagaimana cara mensyukuri perasaan tersebut.

      Lalu bagaimana dengan hati ini? Begitu munafik rasanya kalau menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. “Bagaimana cara mensyukurinya?”, itulah hal yang ditekankan. Apakah dengan menyebut namanya di setiap kesempatan? Apakah dengan memujanya siang dan malam? Atau mungkin mencari-cari kesempatan untuk bisa berinteraksi dengannya? Tentu bukan ketiganya. Memilih untuk diam, memendamnya dalam-dalam, sambil terus mempersiapkan dan mendewasakan diri mungkin bisa jadi solusi yang lebih bijak. Sampai ketika saatnya tiba, semoga Dia memantapkan pilihanmu, menuntun langkahmu. Tentu saja bukan hal yang mudah tapi semoga dimudahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar